PakRaden – Kebiasaan yang dianggap kecil malah jadi buruk ketika kamu menyukai sesuatu barang koleksi dan terlintas untuk mengumpulkannya. Awalnya iseng, tidak sengaja, tapi kemudian terus mengumpulkan barang, ditunjukkan ke teman-teman, dan dipajang.
Bukannya dapat pujian, malah temen-temen kamu melihatnya seperti tumpukan sampah.Kalau dipikiran kamu pernah terlintas, “Buat apa juga ya barang-barang ini?” Cepat bereskan, dibuang, dijual atau berikan ke orang lain.
Sudah susah move on dari mantan, malah susah move on dari barang koleksian. Inget guys, jadi kolektor barang mesti paham tentang barang itu, apakah cuma koleksi biasa atau mau dijadikan uang? Itu semua pilihan.
Majalah
Memang masih ada, jaman sekarang yang koleksi majalah? Jawabannya ada. Kamu mungkin pernah lihat teman kamu, atau malah kamu sendiri yang suka mengumpulkan majalah atau media cetak lainnya. Dikutip dari Realtom.com, dalih-dalih buat referensi atau nanti pasti dibaca, hampir 20 tahun jadi tumpukan di suatu tempat di rumah, kotor dan berdebu.
Itu cerita Alisson Koro, decluttering expert, tentang kliennya seorang dokter gigi yang sudah pensiun. Ia ragu kalo sang dokter bakal membaca lagi itu semua. Seandainya koleksi majalah itu nanti dijual dan menghasilkan banyak uang, itu mesti di simpan baik dan rapih Masukin box atau peti. Buat yang mau koleksi majalah, kalau memang majalah itu sudah online, buat apa dikumpulkan?
Kerajinan Anak
Tidak ada salahnya menjadi sentimentil terhadap suatu momen ketika anak-anak membuat suatu karya seperti gambar atau lipatan kertas, lalu dikumpulkan dan ditumpuk di suatu tempat. Tapi kok bukannya di pajang atau diperlihatkan, malah kamu sendiri jarang melihat itu semua, tapi terus saja dikumpulkan.
Baiknya, pilih dan pilah karya anak-anak itu, masukan ke dalam suatu boks. Kalau memang tujuannya untuk memorabilia atau mengingatkan kita tenang momen bahagia, seperti gambar, baiknya di scan saja dan masukan ke dalam folder di komputer kamu.
Itu malah tidak memakan banyak ruang.Bila karyanya patung kecil, kamu bisa masukan peti, atau kamu bikin tempat untuk bisa di pajang di ruang tamu. Tapi ingat, apakah setiap kali anak-anak bikin patung, mau di beri kaca lalu di pajang? berapa luas rumah kamu?
Kalau sudah satu tahun berlalu, lebih baik kamu tanya sama anak-anak, mana yang menjadi favorit mereka dan mana yang mesti di buang. Kemungkinan jawabannya, sebagian besar yang kamu koleksi, malah di suruhnya di buang.
Kumpulan Foto
Jangan salah guys, meskipun hasil foto sekarang sudah berbentuk file, banyak yang ingin foto-foto itu di cetak, di pasang di album atau di pajang pakai pigura. Tapi apa daya, semua cuma jadi kumpulan hasil cetak dan terus bertambah di kontainer.
Tidak ada waktu buat masukin ke album, malah mengumpulkan pigura dan tidak kesampaian terpampang di dinding ruang tamu, gara-gara males cari paku. Kalau foto itu memang foto happy moment sama anak, istri atau suami, oke lah di cetak tapi tetap mesti di pajang. Tapi kalau foto happy moment sama mantan, apa happy nya di koleksi apalagi di pajang di tembok?
Gadget & Tekhnologi Jadul
Kalo kamu punya temen yang seneng berburu gadget jadul untuk di koleksi dan bukan sekedar iseng, pasti punya tempat untuk menyimpannya, apakah itu rak display atau boks kaca. Kolektor juga bisa tahu apakah itu layak di jual atau tidak. Yang pasti, gadget, walkman, gamewatch, atau yang lainnya itu mau kamu kumpulkan?
Apakah untuk sesekali di pakai atau cuma di pajang? Maka dari itu pahami barang collectible kamu. Jangan sampai, teman kamu maen ke rumah, dia sangka itu barang jadul, rusak, cuma di lihat, di pegang, lalu ngobrol dan di taruh di kursi, tapi gak sengaja kamu duduki.
Padahal itu mainan jadul sudah ada yang menawar 1,5 juta. Hancur sudah harapan menjual barang kenangan. Ini pernah terjadi. Cari info di Om Google soal barang koleksi kamu. Banyak info jual beli gadget jadul yang harganya mahal. Dia pasti banyak bantu soal itu.
Peralatan Dapur
Nah, buat yang suka masak, ini bener gak, kalau alat-alat dapur kadang jadi barang koleksian saja? malah ada yang pernah di beli, tersimpan di pojok rak, tidak sadar kamu pernah membelinya. Ini bukan cuma menghamburkan uang, tapi juga menghabiskan tempat, hingga tidak ada ruang buat barang-barang yang biasa kamu pakai di dapur.
Jadi, jangan sampai kamu menjadi kolektor alat dapur seperti ini. Ini bener-bener percuma. Kalau ada orang yang seperti ini mungkin tipe nya memang kolektor tapi bukan tipe yang mau merawat, karena perawat ga mungkin lupa. Enaknya, mungkin tipe ini cepat move on kali ya, soalnya keseringan lupa.
Pakaian
Ini kasusnya hampir sama dengan peralatan dapur. Pakaian baru di beli, tersimpan lupa gak pernah di pakai atau cuma di pakai sekali. Ini akibat kebanyakan koleksinya. Koleksi baju sih tidak masalah, sudah lama dan di berikan ke orang lain pun masih banyak yang mau menerima.
Tapi buruknya, sulit memberi sesuatu ke orang lain walaupun cuma baju bekas. Alasannya, malu ! Masa baju bekas, tapi di minta belikan yang baru buat di berikan ke orang lain, pasti tidak mau. Ini sih sama saja dengan jalan sama mantan, tapi jalan juga sama yang baru. Ini tipe kolektor sejati kali ya, yang usang dan baru semua di kumpulin.
Barang Pusaka
Barang pusaka keluarga di sini bisa di artikan sebagai barang-barang peninggalan keluarga yang sudah meninggal dunia. Mungkin karena perasaan saja, tidak enak kalau barang peninggalan di buang begitu saja. Baiknya sih, kalau memang barang itu berharga berikan saja ke saudara atau keluargamu yang lain.
Karena seseorang mencintai barang pusaka itu, bukan berarti kamu juga harus. Secara emosional ataupun lainnya, apalagi menghabiskan ruang yang besar. Baiknya mungkin di jual saja atau berikan kepada orang yang mau merawatnya.
Semua pilihan, kamu yang menentukan.So, tentukan dulu masuk kriteria kolektor mana kamu itu. Kalau cuma menghabiskan uang dan ruang yang besar untuk barang yang yang tidak ada arti atau berharga, dan kamu tidak memeliharanya, kayaknya percuma. Mantan aja udah di koleksi sama kolektor lain. Mau koleksi kenangan atau move on jadi kolektor? Your choice, Guys.