PakRaden – Monumen Yogya Kembali atau Museum yogya Kembali (Monjali) berlokasi di Dusun Jongkang, Kelurahan Sarihardjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Monumen dan Museum Jogja Kembali di dirikan pada tahun 1985.
Tidak hanya bentuk bangunan Museum Monumen Yogya Kembali yang unik dan menarik perhatian karena berbentuk kerucut seperti tumpeng, bangunan ini menyimpan cerita sejarah kemerdekaan Indonesia.
Berikut ini latar belakang sejarah Monumen Yogya Kembali dan koleksinya.
Sejarah Monumen Yogya Kembali
Ide untuk mendirikan Monjali pertama kali di sampaikan oleh Kolonel Soegiarto, Wali Kota Yogyakarta periode 1981-1986, dalam peringatan peristiwa Yogya Kembali pada 29 Juni 1983.
Tujuan pembangunan Monumen Jogja Kembali adalah untuk memperingati momen bersejarah ketika tentara kolonial Belanda di tarik dari Yogyakarta pada 29 Juni 1949, sekaligus menandai kembalinya Yogyakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia.
Setelah proklamasi kemerdekaan, ibu kota Indonesia pernah di pindahkan ke Yogyakarta karena situasi di Jakarta tidak aman. Pada 4 Januari 1946, ibu kota Indonesia di pindahkan secara diam-diam dari Jakarta ke Yogyakarta.
Salah satu alasan di pilihnya Yogyakarta adalah, karena bentang alamnya yang membuat penjajah sulit untuk masuk ke wilayah tersebut. Sampai 1948, Yogyakarta berdiri menjadi ibu kota Indonesia, sebelum akhirnya pasukan Belanda melancarkan Agresi Militer II pada 19 Desember 1948.
Pada saat itu, seluruh pemimpin Indonesia di tangkap dan di asingkan. Akibatnya, pemerintah RI terpaksa membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang di pimpin oleh Syafruddin Prawiranegara di Sumatera Barat.
Pada 29 Juni 1949, Yogyakarta akhirnya berhasil di rebut kembali dari tentara Belanda, yang kemudian di sebut sebagai peristiwa Yogya Kembali. Tidak lama setelah itu, tepatnya pada 6 Juli 1949,
Pada 29 Juni 1949, Yogyakarta akhirnya berhasil di rebut kembali dari tentara Belanda, yang kemudian di sebut sebagai peristiwa Yogya Kembali. Tidak lama setelah itu, tepatnya pada 6 Juli 1949,
Yogyakarta secara resmi menjadi ibu kota Indonesia lagi, sebelum akhirnya di kembalikan ke Jakarta pada 17 Agustus 1950. Atas dasar peristiwa itulah, Kolonel Soegiarto mengusulkan pembangunan Monumen Yogya Kembali, karena peristiwa Yogya Kembali pada 29 Juni 1949 merupakan awal kebebasan nyata bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.
Apa saja yang ada di Museum Jogja Kembali?
Bangunan utama Monjali yang berbentuk kerucut seperti tumpeng, di kelilingi oleh kolam ikan, yang berfungsi sebagai pengaman yang menurut tradisi di artikan sebagai penolak segala sesuatu yang bersifat jahat.
Air dalam kolam tersebut juga melambangkan kesucian, dengan harapan bahwa pengunjung yang melewatinya sebelum memasuki bangunan utama akan merasa lebih tenang dan lebih mudah menyerap pengetahuan serta teladan dari para pahlawan yang jejaknya di pamerkan di Museum Monjali.
Melansir monjali-jogja.com, Monumen Yogya Kembali terdiri dari tiga lantai yang berisi lebih dari 1.000 koleksi benda bersejarah.
Lantai Pertama Terdiri dari Empat Ruang Museum, yaitu:
- Museum 1, berisi koleksi seputar proklamasi kemerdekaan Indonesia.
- Museum 2, menampilkan koleksi yang berkaitan dengan perang gerilya menggunakan Sistem Pertahanan Rakyat Semesta.
- Museum 3, menyajikan koleksi terkait peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta.
- Museum 4, memamerkan koleksi tentang Yogyakarta sebagai ibu kota RI.
Lantai dua Monjali menampilkan 10 diorama dan 40 relief, sedangkan lantai tiga di kenal sebagai Ruang Garba Graha.
Monumen Museum Yogya Kembali memiliki koleksi sebanyak 1.108 item, termasuk heraldika, replika, miniatur, kendaraan, senjata api, senjata tradisional, foto dokumentasi, alat perhubungan angkatan darat, alat kesehatan, inventaris, patung peraga, arsip, daftar nama pahlawan, diorama, relief, dan evokatif.